Koin Pemuda untuk Musik Tebo: Ketika Pemerintah Bungkam, Pemuda Bergerak

Table of Contents

Tebo- Rumah Seni Budaya Tebo kembali menyuarakan kebutuhan fasilitas alat musik bagi para pemuda dan pelaku seni di Kabupaten Tebo. Hingga Rabu, 29 Oktober 2025, permohonan mereka kepada Pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan belum juga mendapatkan jawaban maupun tindak lanjut.

Menurut keterangan pihak Rumah Seni Budaya Tebo, pengajuan bantuan tersebut sudah dilakukan berkali-kali baik secara lisan maupun tertulis. Bahkan, dua surat resmi telah dilayangkan dan disampaikan langsung ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan tembusan kepada Bupati Tebo, namun tetap tidak ada respons.

Situasi ini memunculkan kekecewaan di kalangan pegiat seni, yang menilai bahwa visi Tebo Maju belum sepenuhnya berpihak pada pengembangan kreativitas dan ruang ekspresi generasi muda.

Tidak ingin terus menunggu kebijakan pemerintah, pada tanggal 29 Oktober 2025 ini Rumah Seni Budaya Tebo bersama komunitas pemuda resmi memulai gerakan solidaritas bertajuk “Koin untuk Musik Tebo”. Inisiatif ini mengajak masyarakat untuk berdonasi, meski hanya satu koin, demi mewujudkan alat musik pertama hasil gotong royong warga Tebo.

“Setiap koin adalah dukungan, setiap rupiah adalah suara perlawanan,” menjadi pesan yang disampaikan lewat kampanye tersebut. Mereka percaya, jika ruang seni lahir dari pemuda maka semangatnya akan hidup bersama pemuda.

Posko donasi dibuka di dua titik, yakni Rumah Seni Budaya Tebo dan Posko Pemuda Peduli Tebo. Aksi ini diharapkan dapat memperkuat solidaritas dan memberi harapan baru bagi regenerasi pelaku seni daerah.

Seorang aktivis Tebo, Rio Black, menegaskan bahwa gerakan ini bukan bentuk penentangan terhadap pemerintah, melainkan panggilan untuk menunjukkan bahwa seni dan budaya di Tebo memiliki masa depan.

“Kalau pemerintah belum bisa dengar suara kami, setidaknya masyarakat mendengar. Kami bergerak agar masa depan seni di Tebo tidak padam sebelum berkembang,” ujarnya.

Kami tidak meminta belas kasihan. Kami hanya ingin didukung untuk berkarya,” tegas para penggagas gerakan ini, sembari berharap pemerintah tidak menutup mata terhadap potensi seni budaya lokal. ***



Posting Komentar