Lahirnya Seorang Putri di Tengah Kecemasan: Kisah Temanggung Tupang Besak dari Komunitas Suku Anak Dalam
![]() |
Temenggung Tumpang Besak (kiri) bersama Temenggung Apung (kanan). (Dokumen ORIK) |
Muara Kilis, Tebo — Suasana tenang Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir, mendadak berubah jadi penuh kecemasan saat kabar datang dari kediaman salah satu tokoh adat Suku Anak Dalam (SAD), Temanggung Tupang Besak. Istrinya, Pengurup Sanggul, harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami kondisi kritis usai melahirkan anak ketiganya, Rabu dini hari, 9 Juli 2025.
“Perempuan lagi, bang. Mamaknya terpaksa dirawat karena lemas,” ucap Temanggung Tumpang Besak dengan lirih.
Pengurup Sanggul, istri ketiga dari Temanggung, melahirkan anak perempuannya sekitar pukul 05.00 WIB. Namun bukan rasa bahagia semata yang mengiringi proses kelahiran itu. Tubuh sang istri mendadak melemah, bahkan sempat mengalami pecah ketuban dan pendarahan dalam perjalanan menuju RSUD Sultan Thaha Saifuddin (STS) Tebo.
Sebelumnya, mereka sempat menuju Puskesmas Mangupeh, namun tanpa alasan petugas kesehatan langsung merujuk sang istri ke rumah sakit.
“Petugas puskesmas langsung minta kami rujuk ke RSUD STS Tebo,” ungkap Temanggung.
Temanggung bersama keluarganya berpacu dengan waktu. Ketika kantung ketuban pecah dan darah mulai mengalir, ia mengaku panik. Namun kecepatan dan kesigapan tenaga medis RSUD STS Tebo menjadi penyelamat.
Sesampainya di rumah sakit, Pengurup Sanggul langsung masuk ruang gawat darurat. Tak berselang lama, bayi perempuan mereka lahir dengan selamat. Sementara sang ibu masih menjalani perawatan intensif di ruang bersalin.
“Kami bersyukur bisa lahir selamat. Tapi sekarang fokus kami adalah pemulihan istri dan anak saya,” katanya sembari menatap putrinya yang terbaring tenang.
Warga SAD di Muara Kilis yang mendengar kabar itu langsung menunjukkan solidaritas. Beberapa bahkan datang menjenguk ke rumah sakit, membawa doa dan harapan untuk kesembuhan Pengurup Sanggul.
Pihak RSUD STS Tebo belum memberikan keterangan resmi, namun petugas medis menyebut kondisi pasien mulai membaik. Ia tetap dalam pemantauan, dengan harapan bisa segera pulang dan berkumpul kembali bersama keluarga.
“Semoga mamak dan anak ini sehat-sehat. Kalau bisa, cepat pulang ke rumah,” ujar Temanggung, kali ini dengan mata yang sedikit berkaca, namun senyum tipis menghiasi wajahnya.
Di balik hening dan ketenangan rimba Tebo, kehidupan terus berjalan—terkadang dengan risiko, kecemasan, dan harapan yang tak pernah padam. Dan bagi Temanggung Tupang Besak, pagi 9 Juli 2025 akan menjadi salah satu hari paling mendebarkan sekaligus penuh syukur dalam hidupnya.***
Posting Komentar